Sabtu, 07 September 2013

Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

Sistem sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat. Pemberian makna konsep sistem sosial budaya dianggap penting karena tidak hanya untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem sosial budaya itu sendiri tetapi memberikan eksplanasi deskripsinya melalui kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian Sistem Sosial Budaya
Pengertian sistem
“Sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti :
1. Suatu hubungan yang tersusun atas sebagian bagian
2. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur
• Sosial berarti segala sesuatu yang beralian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyaakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nila-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.
• Budaya berarti cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya secara timbale balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang didalamnya tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materiil maupun yang psikologis, idiil, dan spiritual.
Kehidupan Masyarakat Sebagai Sistem Sosial dan Budaya
• Kehidupan masyarakat dipandang sebagai suatu sistem atau sistem sosial, yaitu suatu keseluruhan bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan.


Sistem Sosial Budaya
1.    Sistem merupakan pola-pola keteraturan; kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang saling berhubungan.
2.    Budaya sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

 TEORI ORGANIS
Teori organis adalah teori yang kemudian menjelaskan tentang asal usul perkembangan negara mengikuti asal – usul perkembangan individu. Individu sendiri berasal dari sebuah unitas yang disebut dengan sel. Teori ini dianggap sebagai teori tertua tentang negara karena ditarik dari asumsi Plato yang mempersamakan individu dengan negara dengan menarik persamaan antara fungsi – fungsi negara dan fungsi -  fungsi individu.
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya makhluk hidup. Individu yang menajdi komponen negara diibaratkan sebagai sel  sel makhluk hidup itu. Fisilogi negara sama dengan makhluk hidup yang mengalami kelahiran , pertumbuhan, perkembangan dan kematian.

1.    Herbert Spencer
Menurut Spencer, masyarakat adalah organisme, yang berdiri sendiri dan berevolusi sendiri lepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya, dan di bawah kuasa suatu hukum. Spencer juga  membedakan 4 tahap dalam proses penggabungan materi, antara lain :
1.    Tahap penggandaan / pertambahan, tiap – tiap makhluk individual dalam keseluruhannya selalu bertambah atau tumbuh.
Contoh : anak yang berbadan kecil menjadi besar.
Tahap kompleksifikasi, salah satu proses pertambahan adalah makin rumitnya struktur organisme yang bersangkutan.
2.    Tahap pembagian / diferensiasi, baik evolusi badan maupun evolusi sosial sama – sama menonjolkan pembagian tugas atau fungsi.
3.    Tahap penginterigrasian, dengan adanya diferensiasi maka maka mengakibatkan bahaya perpecahan maka kecenderungan negatif ini perlu dibendung dan diimbangi oleh proses yang mempersatukan.

Cita – cita Indonesia suatu bangsa yang mdern lahir dengan pencetusan Sumpah Pemuda. Cita – cita tentang suatu bangsa Indonesia yang menyeluruh itu merupakan dorongan bagi ide gerakan kebangsaan tahun 1908 yang menadi kekuatan besar. Proklamator kemerdekaan tahun 1945 yang memperjuangkan negara kesatuan Republik Indonesia sebagai perwujudan dari Sumpah Pemuda 1928. Para perintis kemerdekaan banyak menyimak sifat hakiki masyarakat Indonesia yang melihat nilai – nilai dari luar tersebut tidak seluruhnya cock dan sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. (Ranjabar,Jacobus,S.H.,M.Si. 2006 :73)

Selo Semardjan (dalam Soerjono Soekanto dan Taneko,1983) menyatakan bahwa kalau masyarakat diartikan sebagai sejumlah manusia yang hidup bersama secara cukup lama sehingga sekarang ada banyak masyarakat. Apabila dipertanyakan tentang faktor yang menimbulkan terjadinya kemajemukan masyarakat di Indonesia, maka menurut Nasikun terdapat beberapa faktor
1.    Keadaan geografis yang membagi Indonesia atas kurang lebih 17.000 pulau , sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap pluralistik di Indonesia.
2.    Kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara samudra Indonesia dan dan samudra Pasifik. Maka mempengaruhi terciptanya pluralitas agama.
3.    Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama di antara berbagai daerah di kepulauan nusantara yang merupakan faktor terciptanya pluralitas regina di Indonesia.


TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
Teori struktural fungsionalis adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. (Rochamah, Makalah Sosiologi,) Menurut teori ini bahwa masyarakat di ibaratkan seperti suatu organisme yang mempunyai fungsi tertentu dan cenderung saling berhubungan secara selaras. Masyarakkat dipandang sebagai berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur tetapi tetap dalam keadaan seimbang. (Kahmad, Dadang. Perkembangan dan Paradigma Utama TeoriSosiologi, cv pustaka setia, Bandung : 2009)

Pemikiran struktural fungsional juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yang terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan social. (Ritzer, George, Sosiollogi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, PT RajaGrafindo, Jakarta : 2010)

Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut denganrequisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi analisa substantif Spencer dan penggerak analisa fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan system.

Talcott Persons
Fungsi adalah “suatu gugusan aktivitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan system” (Rocher, 1975 : 40). Menggunakan definisi ini, Parsons percaya bahwa ada empat imperative fungsional yang diperlukan (ayau menjadi cirri) seluruh sistem :
- adaptasi (A[adaptation]),
- pencapaian tujuan (G[goal attainment]),
- intergrasi ([integration]), dan
- latensi (L[latency]) atau pemeliharaan pola.
Secara bersama-sama, keempat imperative fungsional tersebut disebut AGIL.
Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut :
Adaptasi
-    Sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya.
-          Pencapaian Tujuan
Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utama.
-          Integrasi
Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang terjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A,G,L)
-          Latensi (pemeliharaan pola)
Sistem harus melengkapi, memlihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

 Sebutan nasional secara langsung akan berhubungan dengan subyektifitas atau hubungan emosional yang membentuk kesadaran solidaritas seseorang yang menyebutnya. Indonesia adalah suatu Negara kebangsaan, dan Negara kebangsaan merupakan tempat dimana kita merasa ada iktan ilmiah satu sama lain karena kita semua memakai bahasa yang sama, agama yang sama atau apapun lainya yang cukup kuat untuk menjalin keragaman menjadi satu dan membuat kita merasa berbeda dari yang lain.

  Apabila bebicara tentang sesuatu yang bersifat “nasional”, maka berarti hal tersebut akan berkaitan dengan kedudukan atau suatu bangsa yang merdeka, yang hidup dalam wilayah kuasa sendiri sebagai keseluruhan yaitu suatu “nasion”.

Semua system social yang ada di wilayah Indonesia baik yang berasal dari daerah-daerah, adat istiadat suku dari wilayah Indonesia, maupun dari system social atau kebudayaan asing, akan tetapi sudah dianggap dan disepakati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai miliknya dapat disebut sebagai system social budaya Indonesia.

Nasion, banyak orang yang berpendapat bahwa suatu nasion itu bersatu atas dasar kesamaan ras, tetapi pendapat ini kurang tepat, karena banyak Negara yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa dan percampuran berbagai daerah, kenyataannya bisa bersatu sebagai suatu bangsa yang besar dan maju seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Prancis, maupun indonesia dan sebagainya .Ada juga yang mengatakan bahwa suatu nasion bersatu atas dasar kesamaan bahasa, kesamaan agama, namun ini pun tidak benar.
Menurut Renan, pengertian nasion adalah suatu jiwa, suatu azaz spiritual. Suatu nasion adalah suatu solidaritas yang besar, yang terbentuk oleh perasaan yang timbul akibat pengorbanan-pengorbanan yang telah dibuat dan dalam masa depan bersedia dibuat lagi.

Suatu nasion adalah suatu kesatuan solidaritas social, yang besar. Solidaritas social adalah suatu keadaan dimana individu dalam masyarakat hidup saling percaya satu sama lain.
Nasion Indonesia sebenarnya sudah ada sebelum Indonesia menjadi suatu Negara karena rasa solidaritas tidaklah sama dengan hak-hak dan kewajiban warga Negara seperti dinyatakan oleh undang-undang yang berlaku.

Kenyataannya menunjukan adanya perbedaan antara Negara dengan nasion, perlu sangat diperhatikan bilamana hendak mempelajari masalah integrasi nasional dan memperoleh pengertian mengenai masalah ini. Memperkuat Negara belum tentu juga berarti memperkuat nation, apalagi bilamana di wilayah Negara yang bersangkutan terdapat lebih dari satu nasion.
Suatu nasion dapat ditanggapi dengan 4 (empat) analisis berdasarkan peringkat system, yaitu:
a.       Sistem budaya (cultural system)
b.      Sistem sosial (social system)
c.       System personalitas (personality system)
d.      System fisiologikal (physiological system)

a.       Nasion dan system budaya
System budaya Indonesia terdiri dari kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai yang kita gunakan sebagai pedoman umum dalam bertingkah laku seperti nilai-nilai pancasila, aturan-aturan yang kita gunakan sebagai pedoman umum dalam bertingkah laku sperti nilai-nilai pancasila, nilai-nilai gotong royong, aturan-aturan yang kita gunakan sebagai pedoman khusus dalam berprilaku, seperti undang-undang dasar 1945, ide yang kita miliki bersama, wawasan nusantara, bahasa Indonesia, dan symbol-simbol uang lain khas Indonesia dan kita sepakati milik kita bersama.


b.      Nasion dan system social
Pada tingkatan system social dapat dilihat perwujudan hubungan solidaritas yang sesungguhnya, dan system social ini diatur dan diawasi oleh system budaya.
System social Indonesia terdiri dari kelompok-kelompok solidaritas besar maupun kecil yang dikenal sebagai kelompok-kelompok keindonesiaan. System social tidak hanya terwujud dalam bentuk kolektiva hubungan solidaritas, akan tetapi dapat juga dalam bentuk institusi social seperti perkawinan, religi, kekerabatan, kerjasama, dan pola institusi lainnya yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.

c.       Nasion dan system personality
System personality atau sistemkepribadian menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk membentuk dan memelihara kelangsungan hidup system social, sedangkan system social mengawasi dan mengatur system kepribadian. Karena kepribadian inilah menyebabkan manusia atau system social tidak begitu saja berubah
Dengan kepribadian tertentu yang dimiliki manusia memungkinan suatu sistem menjadi jelas batas-batas dari lainnya. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa kepribadian seseorang individu dapat mengalami perkembangan, dan sebaliknya ada karateristik tertentu yang bersifat mendasar dalam diri individu yang agak sulit diubah, karena pengaruh sosialisasi primer. Pada tingkatan sistem kepribadian nasion Indonesia terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (katektik), dan penilaian (evaluative), yang dianggap merupakan pola-pola keindonesiaan dan bukan pola-pola kepribadian daerah ataupun asing.

d.      Nasion dan sistem fisiologikal
Salah satu tingkatan analisis yang paling kongkrit untuk memahami nasion Indonesia adalah sistem fisikal (organik). Namun meskipun analisis ini merupakan yang paling konkrit  disbanding ketiga sistem terdahulu, justru pada sistem inilah kita akan dihadapkan pada kesulitan yang paling konkrit pula. Betapa tidak, kita dituntut pembuktian apakah orang itu bias digolongkan secara biologis adalah sunggu-sungguh Indonesia asli atau tidak.

Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realitas, rasa kebangsaan itu seperti sesuatu yang dapat dirasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar biasa kekuatannya.

Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan  atau semangat patriotisme.
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.

Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d’entre) bangsa-bangsa di dunia.  Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.

Bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis adanya. Dalam kedinamisannya, antar-pandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan bangsa lainnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan benturan budaya dan kemudian bermetamorfosa dalam campuran budaya dan sintesanya, maka derajat kebangsaan suatu bangsa menjadi dinamis dan tumbuh kuat dan kemudian terkristalisasi dalam paham kebangsaan.

Paham kebangsaan berkembang dari waktu ke waktu, dan berbeda dalam satu lingkungan masyarakat dengan lingkungan lainnya. Dalam sejarah bangsa-bangsa terlihat betapa banyak paham yang melandaskan diri pada kebangsaan. Ada pendekatan ras atau etnik seperti Nasional-sosialisme (Nazisme) di Jerman, atas dasar agama seperti dipecahnya India dengan Pakistan, atas dasar ras dan agama seperti Israel-Yahudi, dan konsep Melayu-Islam di Malaysia, atas dasar ideologi atau atas dasar geografi atau paham geopolitik, seperti yang dikemukakan Bung Karno pada pidato 1 Juni 1945.
Title: Sistem Sosial Budaya Indonesia; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar